Kamis 8 September 2016. Ramai – ramai santri Al – Multazam berkumpul di lapangan belakang. Tepatnya pukul 09.00 WIB acara pra peringatan hari raya idul adha dengan lomba nasyid atau tari islami. Padahal jika diingat hari Idul Adha masih empat hari setelahnya.
Sorak sorai antusias para pendukung masing – masing grup yang mengikuti perlombaan. Dengan kekompakannya tujuh orang dari setiap gfrup menggerakkan tubuh mereka dengan lincah sesuai alunan nada dari musik yang mengiringi gerakan mereka. dandanan para peserta pun bervariasi. Dengan kekreativan ala para santri mereka merancang kostum mereka dari pakaian harian seadanya menjadi kostum yang terlihat cocok untuk menari dan senada. Acara pada malam tersebut menjadi terlihat semakin meriah dengan warna – warni kostum mereka.
Tiga hari kemudian. Malam itu adalah malam takbir. Tepatnya 9 Dzulhijjah 1437, perayaan hari besar kurban dilanjutkan. Tidak hanya masjid – masjid desa atau masyarakat umum yang bisa saling beradu takbir saat itu. Seluruh warga P.P. Al-Multazam pun bersama – sama mengumandangkan takbir. Dan menyelenggarakan lomba gebyar takbir intra sekolah yang dilaksanakan kembali di halaman sekolah. Meskipun acara tersebut sudah menjadi acara tahunan, acara tersebut tidak pernah biasa – biasa saja atau membosankan. Dari tahun ke tahun acara tersebut semakin meriah dengan kedatangan beberapa alumni dan asatidz asatidzat. Uniknya, dari lomba tersebut adalah para peserta dilarang menggunakan alat musik, peralatan dapur, peralatan mandi, dan barang berbahan kaca. Lalu bagaimana mereka mengiringi takbir yang mengalun? Tanpa penabuh pun kurang meriah bukan?
“Santri Al-Multazam memang kreativ – kreativ.” Begitulah komentar dari ketua panitia penyelenggara peringatan Idul Adha. Terbukti, tanpa kehabisan ide. Lagi – lagi dengan kekreativan ala anak santri, mereka para peserta menggunakan alat – alat bekas seperti botol air mineral, tong cat tembok, galon, tongkat pramuka, tongkat simapore, bahkan klompen. Mereka memadu padankan suara dari bahan seadanya yang mereka temukan dan menjadikanya instrumen musik yang baik.
Setelah semalaman bertaknbir ria. Keesokan harinya warga P.P. Al-Multazam melaksanakan sholat id seperti adatnya pada waktu yang tepat. Dan melanjutkan acara peringatan Iduh Adha dengan menyembelih kurban.
“Tahun ini yang kurban lebih banyak. Satu ekor sapi dan delapan ekor kambing. Dan alhamdulillah acaranya dari pengumpulan orang yang berkurban hingga penyembelihan hewan kurban berjalan dengan lancar.” Tutur Bpk. Saiful Hadi selaku ketua panitia kurba P.P. Al-Multazam. Melalui sms, dan telefonbeliau bersosialisasi dengan wali santri dan warga sekitar pondok yang ingin berkurban.
“Berat sih, karena baru pertama ini saya menjadi ketua panitia kurban. Tapi itu amanah, lagipula banyak pihak yang membantu seperti para santri, panitia kurban, dsan panitia idul adha.” Kesan ketua kurban melanjutkan. Setelah acara penyembelihan berjalan dengan lancar, daging pun dipotong di bagikan kepada asatidz asatidzat, karyawan Al-Multazam, seluruh santri, dan warga sekita pondok. Dengan kegembiraan para santri melanjutkan kegiatan bekar – bakar sate dan makan – makan.
“Semoga dengan memperingati hari besar Islam Idul Adha 1437 ini kita semakin dekaT KEPADA Allah>” tambah ketua panitia kurban. Aamiiin.
(AlySya)